Kamis, 19 Mei 2016

MENGAPA HARUS DIPERTAHANKAN, JIKA NANTINYA MENJADI MASALAH

Sumber: tokohindonesia.com

Isu santer tentang bangkitnya paham ajaran komunis di Negara kita ini sedang hangat-hangatnya. Adanya upaya dari Komnas HAM untuk mencari keadilan bagi keluarga-keluarga eks PKI, membuat masyarakat menilai adanya upaya untuk membangkitkan Partai ini. Keadaan ini dimulai dengan dilakukannya penyelidikan pelaggaran HAM yang terjadi setelah tahun 1965 di mana banyaknya orang-orang PKI yang dibantai oleh massa yang "didalangi" oleh Pemerintahan ORBA. 

Untuk menguak kejadian ini, diadakan diskusi, seminar, simposium dan pembuatan artikel-artikel yang berkaitan dengan kejadian 1965. Hal ini dilakukan untuk mendapat titik terang apa sebenarnya terjadi pada masa itu. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan, kalau memang terjadi pelanggaran berat yang dilakukan pemerintah dalam memberangus PKI. Keadaan ini tidak hanya dirasakan oleh anggota PKI pada masa itu saja, namun anak cucu merekapun merasakan didiskriminasi oleh pemerintah.

Pada masa ORBA, usaha ini tidak mungkin dilakukan. Saat terjadinya Reformasi, dengan adanya kebebasan berbicara dan berpendapat, usaha ini baru dapat dilanjutkan lagi. Karena pada masa orde baru semua kegiatan yang mengganggu roda pemerintahan, walaupun kritikan itu membangun, langsung dibungkam kalau perlu diberanguskan.

Usaha untuk mendapatkan keadilan ini sampai pada sidang pengadilan rakyat internasional (international people's tribunal) yang diadakan di Den Haag, Belanda. Di mana dalam sidang ini dibahas tentang pembuktian telah terjadi pelanggaran HAM pada para pendukung PKI pada tahun 1965. Sidang ini dilakukan karena Negara tidak mau meminta maaf kepada keluarga PKI.

Bak Bola salju, kasus ini mengelinding menjadi besar. Munculnya bendera palu arit, Baju Kaos belambangkan PKI sampai diadakan acara yang bernuansa PKI, munculnya lagu genjer-genjer yang telah lama hilang, dulu menjadi lagu wajib PKI, membuat masyarakat tersentak, ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa logo-logo yang selama ini tabu untuk dipakai, sekarang bermunculan tiba-tiba.

Sehingga masyarakat awam merasa cemas. Sampai-sampai masyarakat Indonesia dibilang fobia PKI. Fobia adalah ketakutan yang belebihan terhadap sesuatu. Ini bukan fobia, ini adalah kewaspadaan masyarakat terhadap kehadiran Partai yang pernah membuat negara merah.

Kita jangan lupa, kenapa orang tua kita dahulu sangat menabukan partai ini. Karena mereka lebih tahu dan paham, bagaimana sepak terjang partai ini. Bukan dari Partainya, cuma paham yang dipakai. Paham PKI adalah Komunis, dimana Partai mempunyai slogan "Sama Rata, Sama Rata" ini, mempunyai pokok pikiran dimana masyarakat tidak ada miskin atau kaya, semuanya sama. Masyarakat tidak memiliki alat produksi, masyarakat dilarang berpendapat dan mengkritisi pemerintah dan semua sendi perekonomian dipegang oleh pemerintah. Partai yang berlogokan palu arit ini menganut paham Marxisme yang sifatnya atheis. Atheis adalah sebuah paham dimana menganggap Tuhan itu tidak ada. Berdasarkan dasar pikiran  ini, PKI sudah jauh paham yang dipakai Indonesia. Pada Sila Pertama jelas-jelas disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berarti Indonesia berdasarkan agama. Sedangkan PKI tidak, ini jelas-jelas bertentangan dengan dasar negara. Paham atheis menghalalkan semua jalan untuk mencapai tujuan. Walaupun itu melanggar HAM, itu tidak masalah.

Kita sebagai generasi muda jangan menjadi generasi ikut-ikutan. Dimana semua informasi yang kita dapat, kita telan mentah-mentah tanpa ada filter untuk menyaring apakah itu benar atau salah, bahaya atau aman. Jadi kita ikut-ikutan, cuma kita tidak tahu apa yang kita ikuti. Yang penting exis dan kelihatannya keren. Padahal yang kita lakukan itu sangat berbahaya untuk masa depan bangsa. Begitupun dengan Paham Komunis, paham yang akan mengekang penduduknya.

Untuk apa kita mencari paham yang cocok untuk negara kita, padahal Paham Pancasila sudah membuktikan betapa kuatnya menopang bangsa ini. Kita saja yang kurang mengamalkan paham ini. Rontoknya rasa Nasionalisme kita, menjadi pemicu keretakan dan angin segar masuknya paham-paham yang ingin menghacurkan negara kita ini. 

Lebih baik benahi diri kita untuk memajukan negara kita tercinta ini, dibanding kita membangkit-bangkit luka lama. Kita bangun negara kita ini dengan inovasi-inovasi yang tepat guna sehingga negara kita kembali berjaya lagi.

Sebagaimana nasehat orang tua kita dahulu, "Lebih baik dihentikan, kalau sudah tahu jeleknya nanti".
 

Kamis, 05 Mei 2016

SOPAN SANTUN DALAM KEHIDUPAN



Adat atau adab sangatlah penting di dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi kita yang hidup di Indonesia. Semua diatur sesuai dengan sedetailnya. mulai dari kita bangun sampai kita tidur lagi. Ada aturan yang tidak tertulis yang menuntun kita dalam beraktifitas. Begitulah orang tua kita dahulu memberikan petunjuk agar kehidupan kita ini enak dan nyaman dalam menjalaninya. Sebagaimana pepatah Minangkabau "Baiak karano budi, Indah karano baso" maksudnya baik tidaknya seseorang bukan dari harta fisik mereka, tapi karena budi pekerti mereka. Indahnya hidup dilihat bahasa yang sampaikan. Begitupun pepatah jawa "Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana", artinya nilai diri terletak pada mulut, nilai fisik terletak pada pakaian. banyak pepatah orang tua kita yang mengajarkan tetang adab.

Namun sekarang adab tersebut sudah banyak disepelekan oleh masyarakat kita sendiri, apalagi generasi mjda kita sekarang. Salah satunya adalah adab sopan santun. Pengaruh globalisasi yang mempengaruhi pola pikir masyarakat kita. Pengaruh ini masuk dari segala penjuru, seperti media massa, media sosial, dari sikap orang terkenal yang jadi panutan masyarakat dan banyak lagi. Sehingga mengikis perlahan-lahan sikap yang selalu dijaga secara turun temurun oleh orang tua kita. Banyak kita temui contohnya sekarang di dalam masyarakat kita bagai adab ini diabaikan. Petuah dan nasehat Orang tua yang tidak dihiraukan oleh anak, sampai ada juga yang melawan terhadap nasehat tersebut. "Ini kehidupanku, ngapain juga kalian mengatur aku!" seolah seperti itu yang dipikirkan oleh mereka.

Adab adalah bagaimana cara bersikap seseorang. Sopan adalah tatakrama yang baik atau halus dan santun adalah sabar atau legowo dan tenang. Ini adalah sebuah nilai mati yang tidak bisa tergantikan oleh sikap yang lain. Dari keadaan ini, kita akan dinilai baik buruknya oleh orang lain. Bagaimanapun niat, baik yang akan kita sampaikan, cuma kalau cara penyampaiannya tidak baik, ya hasilnya tidak baik. karena itu jagalah selalu sikap ini. Baik ke anak kecil apalagi orang yag lebih pada kita. Jangan sepelekan hal ini. 

Agama manapun sangat menjunjung tinggi adab ini. Tidak ada agama yang mengajari umatnya serampangan dalam bersikap. Ingat, agama diturunkan untuk mengubah sikap manusia agar lebih baik dan diangkat harkat dan martabat manusia menjadi lebih baik. Jangan kita kita kembali menjadi manusia bar-bar yang tidak mempunyai agama, yang mempunyai fikiran dan hati nurani cuma tidak pakai. Hanya memakai logika tanpa memikirkan hal-hal yang diluar logika. Karena dunia ini bergerak tidak berdasarkan logika saja, ada hal-hal yang diluar nalar tapi itu ada.

Baiknya sebuah negara, tergantung bagaimana masyarakatnya bersikap. Jangan karena menyepelekan masalah kecil ini, negara menjadi kacau dan hancur. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Baik dihentikan dari sekarang, dari pada kalau sudah terjadi kita hanya bisa menyesali. Pikirkan lagi, kenapa orang tua kita mewariskan ilmu, salah satunya adab dan tatakrama, bukan harta yang melipah untuk generasi penerus ini. karena kalau harta bisa habis, kalau ilmu tidak.

Semoga ini bisa menjadi renungan kita bersama, agar kita lebih baik dan berjaya.

Selasa, 05 Januari 2016

Menanam dan menuai...

MENANAM DAN MENUAI...
https://mametsaru.files.wordpress.com/2013/02/menanam-menuai.png
Apa yang kita pikirkan ketika melihat orang yang beruntung atau sedang sial. Melihat orang yang sedang beruntung mendapat hadiah atau melihat keluarga kecil yang sederhana, tapi bahagia dan saling memperhatikan satu sama lain, kita akan berkata dalam hati "sungguh beruntungnya dia, kapan aku bisa seberuntung dia ya?". Kalau melihat orang sedang sial, sudah jatuh kegot, ada banyak taik lagi didalamnya atau melihat orang kaya dengan harta berlimpah, cuma keluarganya berantakan dan tidak terurus, hati berkata "aduh kasihan dia, semoga aku tidak seperti dia".

Ada beberapa keadaan yang membuat kita harus merenungkan keadaan yang di atas. Apa yang telah mereka lakukan sebelum mereka mengalami kejadian-kejadian tersebut. Sebagaimana kata pepatah orang tua kita, "Apa yang kita Tanam, itulah yang akan kita tuai". Harus kita percayai itu semua, karena dunia ini seimbang. Baik yang kita lakukan, baik yang kita dapat. Buruk yang kita lakukan, buruk juga yang kita dapat.


Ibarat kita menanam padi, tanahnya kita bajak dengan baik, airnya kita siapkan dengan baik, benihpun kita pilih yang baik. lalu kita tanam, kita jaga dari hama dan kerusakan. hasil yang kita dapatkan adalah padi yang bagus yang sesuai dengan apa yang kita inginkan mungkin lebih. 


Tapi kita tanam padi, nanti padi yang kita harapkan hasilnya bagus, cuma bajakan tanahnya serampangan, airnya terkadang ada, terkadang tidak, benih yang dipilih yang sembarangan saja, yang penting benih padi. Lalu ditanam, dijaga setengah hati, ada hama dan penyakit tidak dihiraukan. Apa yang terjadi, hasil yang diinginkan kurang memuaskan.

Gambaran di atas adalah gambaran kehidupan kita juga sebagai manusia. Cuma kita sering lupa dan sering mengabaikan alias cuek. Karena kita terlena dengan kehidupan ini, tanpa ada perenungan yang lebih dalam apa yang telah kita lakukan. Terlalu sombong untuk mengakuinya, kalau sudah kejadian pada diri kita, baru penyesalan yang datang. 

Untuk itu, kita harus mewanti-wanti diri kita untuk melakukan yang baik-baik agar terhindar dari kesialan. Keberuntungan selalu menyertai diri kita kemanapun dan dimanapun kita berada. Terkadang kesombongan diri yang membuat kita lari dari keadaan yang seharusnya kita lakukan yang menumbuhkan sikap egois yang merugikan diri sendiri. 

Semoga kita menjadi orang yang selalu beruntung di dunia maupun di akhirat nanti dan dijauhkan dari kesialan... aamiin



Kamis, 06 November 2014

Politik "Bangsat"!!

Sebuah judul yang extrim kalau kita membacanya. apa-apaan ini, tidak sopan, tidak bermoral dan banyak lagi kata-kata yang muncul, entah apalagi. Cuma mari kita simak dulu maksudnya.

Masyarakat sekarang tidak aneh lagi mendengar istilah politik. Dari yang anak kecil sampai orang yang sudah hampir masuk liang kubur sudah biasa mendengar kata-kata ini. Dari pagi sampai pagi lagi berita di media massa tidak jauh dari membahas permasalahan yang berhubungan dengan kata-kata ini. Kalau ditanya apa itu politik? Mereka kebanyakan mengatakan politik itu busuk, politik itu kotor, politik itu bangsat! Ya, tidak salah juga mereka berfikiran seperti itu, karena apa yang mereka lihat, mereka rasakan dalam kehidupan sehari tidak jauh dari istilah di atas. Saling menjatuhkan, saling sikut menyikut dan tidak ada yang namanya kawan dalam dunia ini yang ada hanya kesamaan kepentingan. siapapun yang ada di dalam lingkaran persamaan kepentingan itulah kawan, walaupun mereka satu keluarga. Sungguh Ironis.

Perlu kita luruskan dalam pembahasan mengenai politik, secara tujuan politik adalah baik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih sesuatu (kekuasaan) secara Konstitusional (berdasarkan hukum negara) maupun nonkonstitusional. Jadi bisa dikatakan kita tanpa kita sadari sudah menjalani prinsip politik dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari bayi sampai ajal menjemput kita, politik tidak bisa lepas dari kehidupan ini. Dari bayi kita sudah menerapkan prinsip politik untuk mencapai keinginan kita, contoh mau nyusu, kita sudah mempunyai strategi politik yaitu menangis.

Bayangkan saja dari sejak kita lahir sudah menerapkan sistem politik sederhana. jadi tidak bisa kita bilang politik itu hanya untuk orang-orang tertentu saja. Semua orang berpolitik, cuma bedanya caranya saja yang beda.


kita kembali kepermasalahan sebelumnya, dimana salahnya politik itu? Kesalahan politik itu terjadi pada pelaku yang menjalankan sistem politik itu sendiri, bukan politiknya. Ibaratnya politik itu adalah kendaraan, ya orang-orang yang diatas kendaraan itulah mengendalikan kemana arah kendaraan tersebut. Kalau dibawa dengan baik, bagus semuanya. Tapi kalau dibawa dengan serampangan, walaupun tujuan baik ya hasilnya serampangan, bisa-bisa terjadi eksiden. 

Politik yang dijalankan oleh orang yang memang mendedikasikan diri mereka untuk mencapai sebuah tujuan dengan berbagai cara dan strategi. Politik seperti ini lebih dikenal dengan politik praktis. politik praktis di sini adalah terbatas pada politik penyelenggaraan pemerintahan/negara. Tentu, definisi politik bukan hanya terbatas pada sektor itu.

Masyarakat banyak yang kecewa dengan para politikus yang diharapkan bisa membawa negara ke jalan yang lebih baik. Para Praktisi ini mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan bersama. Entah apa yang ada dipikiran mereka, sehingga menelantarkan kepentingan rakyat demi kepentingan ambisi mereka. rakyat sudah menjerit dan terkapar dihantam polemik negara yang semakin hari semakin tidak jelas. apakah ini yang diharap para orang-orang pintar kita. Entahlah. Harapan hanya satu, semoga polemik ini selesai dan mereka sadar kalau mereka menjadi ujung tobak yang diharapkan oleh rakyat dan bisa mengemban serta menjalankan amanat rakyat ini sebaik mungkin.

Senin, 13 Agustus 2012

Batam Tempo Doeloe





Batam merupakan salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan dan mana nama Batam itu diambil, yang jelas Pulau Batam merupakan sebuah pulau besar dan 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Satu-satunya sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai sampai saat mi adalah Traktat London (1824). Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan dan catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam telah didiami oleh orang laut sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura disebut Pulau Ujung. Pada masa jayanya Kerajaan Malaka, Pulau Batam berada di bawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah. Setelah Malaka jatuh, kekuasaan atas kawasan Pulau Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang P. Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pada pertengahan abad ke.18. Dengan hadirnya kerajaan di Riau Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, sampai berakhirnya keraj aan Melayu Riau pada tahun 1911.

Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dan gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.



LATAR BELAKANG KOTA BATAM

Menurut sejarah, pengembangan Pulau Batam dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya berasal dari Pemerintahan Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan Republik Singapura dan kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham moderat.

Sejarah pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M atau sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta saat datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang diprakarsai oleh bangsa Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan Singapura telahmenjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14). Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231 M.
Ketika Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi oleh perairan, wilayah ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Temanggung Tempatan (pemimpin wilayah).























Sumber : Modifikasi dari peta asli karya BAPPEKO Batam (1995-1998), Syamsul Bahrum Indigenous People In a Dependent Economy

Akibat dari pesatnya perdagangan tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta Lingga/Daik menjadi kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, pulau Sumatera Bagian timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka. sampai akhirnya datang bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang kemudia mengambil alih tampuk kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya dan muncullah paham politis yang baru
Di abad ke-19, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat malaka. Bandar Singapura juga maju pesat, mengakibatkan Belanda dengan berbagai cara ingin menguasai perdagangn Melayu dan aktivitas lainnya yang melewati kawasan tersebut. Terjadilah penyusupan tersembunyi yang dilkukan oleh pedagang Singapura. hal ini sangat menguntungkan pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura sebagai tempat bersembunyi dari gangguan patroli Belanda.
 
Pada 17 Maret 1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani perjanjian London (Anglo-Deutch Tractate berisi : Belanda mengaku kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bencoolen (Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai kepuluan Riau).

 
Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat di Lingga berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan membagi wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau menjadi tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang Dipertuan Muda di Penyengat dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan. namun secara umum yang menjadi titik sentral dalam menjalankan roda pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang Dipertuan Muda yang berkedudukan di Penyengat.

 
Batam sendiri saat itu, merupakan wilayah kekuasaan Tumenggung, Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung Abdul Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di Penyengat, mengeluarkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudia mengembangkan usahanya di pulau Batam. Slaah satunya mendirikan pabrik batu bata.

 
Pada tahun 1965 Temasek melepaskna diri dari Federasi Malaysia (1963-1965) untuk menjadi negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1957, Tanjung Pinang dinobatkan sebagai pusat pemerintahan dan bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjung Pinang kemudian ditetapkan sebagai ibukota propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru yang terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di antaranya pulau Batam.
Untuk jangka panjang, belum ada pulau lain secara relatif bisa berkembang seperti Pulau Batam yang terus mengalami pembangunan yang sangat pesat. Padahal secara turun temurun, Belakang Padang adalah kota besar dan Batam hanya suatu tempat yang hanya dijadikan sebagai destinasi kedua setelah Belakang Padang. Tahun 1957 Pulau Buluh menjadi satu kesatuan dengan pulau Batam dan menjadi bagian dari Belakang Padang sekitar tahun 1965. Sementara pada tahun 1971, dengan keputusan Presiden No. 74 / 1971, Pemerintah pusat mengumumkan secara resmi bahwa pulau Batam sebagai suatu zona industri.

Pulau Batam yang merupakan bagian dari Propinsi Riau memiliki banyak nilai tambah. Dengan modal jalur pelayaran internasional serta jarak dengan negara Singapura hanya 12.5 mil laut atau sekitar 20 Km, maka untuk memacu perkembangan di wilayah nusantara dari semua aspek kehidupan, khususnya dibidang ekonomi, maka Pemerintah Indonesia mengembangkan Pulau Batam menjadi Otorita pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB).

Denah Geografis Kotamadya Administratif Batam (1983-1999)
















Sumber : Modifikasi dari peta asli karya BAPPEKO Batam (1995-1998), Syamsul Bahrum Indigenous People In a Dependent Economy, 2003